Rabu, 28 Maret 2012

Madrasah Diniyah Mendidik Moral Generasi Bangsa


 
Blora,-
Madrasah Diniyah sebagai  lembaga yang mendidik generasi muda menjadi manusia yang berakhlak mulia  sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Maka perlu dipertahankan dan didukung perkembangannya oleh pemerintah secara optimal. Demikian ungkap Bupati Blora dalam sambutannya yang disampaikan oleh Drs. Bondan Sukarno,MM dalam acara Festival dan Halaqoh Madrasah Diniyah se-Kabupaten Blora di halaman perguruan Tinggi STIU Khozinatul ‘Ulum Blora, Sabtu, 24 Maret 2012.
Acara Halaqoh dengan tema “Menggagas Regulasi Wajib Belajar Madin di Kabupaten Blora” yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Madrasah Diniyah (FKMD) Kabupaten Blora tersebut menghadirkan narasumber Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Blora, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga kabupaten Blora, DPRD Kab. Blora , DPRD Jawa Tengah, dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Blora.
Hadir juga dalam acara Halaqoh para Pejabat Muspida Blora, Sebanyak 293 Kepala Madrasah se Kabupaten, para tokoh agama di Blora serta guru Madin dan ponpes. Kasi Pekapontren Kemenag Blora, Fathul Himam, S.Ag.M.PdI menyampaikan bahwa kegiatan Halaqoh Madin diselenggarakan karena adanya keprihatinan akan makin parahnya dekadensi moral para pelajar dewasa ini. Berbagai  kasus kebebasan seksual, minuman keras dan narkoba, tawuran pelajar serta  kerusakan moral lainnya telah merebak di berbagai daerah bahkan merambah ke desa-desa yang disebabkan karena kurang mendalamnya pengetahuan anak terhadap ajaran agama Islam.
Hal senada diungkapkan Slamet Pamuji, SH, MM  yang menyatakan bahwa adanya kebijakan pemerintah tentang Ujian Nasional sedikit banyak berpengaruh pada Madrasah Diniyah karena orientasi anak, orang tua dan praktisi  pendidikan  lebih berfokus pada mata pelajaran yang di “UNAS-kan”, sehingga waktu yang seharusnya untuk belajar di Madrasah Diniyah, banyak terserap untuk mengikuti les atau kegiatan ekstra lainnya di sekolah.
Dengan adanya kegiatan halaqoh merupakan media yang sangat tepat di tengah keprihatinan akan perhatian pemerintah kepada Madrasah diniyah. Forum ini bukan hanya menggagas regulasi Madrasah diniyah namun lebih tepat pada Forum Keprihatinan  Madrasah Diniyah”, ujar KH Muharror Ali, Ketua MUI  Kabupaten Blora.
Sementara itu, di Jawa Barat dan Jawa Timur nasib Madrasah Diniyah lebih baik daripada Jawa Tengah, karena terdapat regulasi baik yang berupa Peraturan Daerah maupun Peraturan Bupati yang menguatkan Madrasah sehingga Guru Madrasah Diniyah (MADIN), Taman Pendidkan Al Qur’an (TPQ) maupun Kyai Pondok Pesantren dan  lembaganya yang mendapatkan subsidi dari pemerintah. ”bahkan di daerah Kediri dan Tuban ada yang mendapatkan Bantuan Operasional Santri “papar H Abdul Azis, anggota DPRD Jawa Tengah .
Wakil Ketua DPRD Blora, H.Abdullah Aminuddin juga menyampaikan bahwa menanamkan aqidah adalah kewajiban orang tua, dan apabila tidak mampu maka hendaknya menitipkan pendidikan kepada lembaga keagamaan baik di Madin, TPQ  maupun pondok pesantren.
Dari pertemuan tersebut, ditegaskan bahwa sumber daya santri mayoritas adalah berbasis pada anak sekolah, sehingga  semua pihak sebagai  Stakeholder Pemerintahan sudah seharusnya menjembatani lebih intensnya perhatian Pemerintah Kabupaten Blora maupun Jawa Tengah pada Pendidikan Diniyah yang bisa jadi merupakan “solusi Alternatif”  untuk memperbaiki perkembangan moral dan akhlak bangsa ke depan.
Acara dilanjutkan pada hari Minggu ( 25/3) dengan Festival Lomba  yang diikuti  140 madin dari 16 Kecamatan  yang meliputi lomba Kaligrafi, Qiraatul Kutub, Hafalan Juz Amma,  Hafalan nadzom Jurumiyah,  Pidato bahasa Arab dan Indonesia,  Musabaqoh Tilawatul Quran dengan  perolehan Juara Umum  I  yakni dari Kecamatan Jiken,  Peraih medali terbanyak ke 2 dari Kunduran dan Banjarejo.    (ima-gi)